Kamis, 01 Februari 2018

pengendalian strategi



PENGENDALIAN STRATEGI

Makalah dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teori Perilaku dan Budaya Organisasi
Dosen pengampu: Pamela Maher Wijaya,S.Sos.I,MSI.




Disusun Oleh:
Wiwit Suryana (171028)
Ika YunitaArini (171029)
Wahyu Purwati (171030)
Ariyani (171031)
Nur Aini Amalia (171032)
Ani Kurniawati (171033)

 












YAYASAN TARBIYATUL MUKMIN PABELAN
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH DAN
MANAJEMEN ISLAM IHSANUL FIKRI
2017


BAB II
PEMBAHASAN

A.         Pengertian Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi terdiri atas penentuan cakupan besaran keberhasilan (kualitatif dan kuantitatif) dalam pencapaian  strategi perusahaan. Sebagai  suatu upaya sistematis, pengendalian strategi terdiri atas langkah-langkah untuk (1)  menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi kerja (kinerja);  (2) membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; (3) menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan (4) mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya tujuan perusahaan (Mockler, 1984; Wright, et.al.,1996; dan Stoner, et.al., 1996) .

(1)     Menetapkan Standar dan Metode Pengukuran Prestasi Kerja (Kinerja). Standar yang dimaksud adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih di dalam seluruh program untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Parameter yang digunakan diturunkan dari strategi induk perusahaan.
(2)     Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja. Langkah kedua adalah mengukur, atau kalau tidak, mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan. Sekalipun pun tidak selalu dapat dilaksanakan dalam praktek, pengukuran prestasi kerja terhadap standar secara ideal hendaknya dilakukan atas dasar pandangan ke depan, sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dari standar dapat diketahui lebih dahulu. Jika tidak memiliki kemampuan seperti itu, penyimpangan-penyimpangan harus dapat diketahui sedini mungkin.
(3)     Membandingkan  Prestasi Kerja  Dengan Standar. Setelah dua proses sebelumnya dilalui, maka  yang perlu dilakukan pada langkah ini adalah membandingkan  hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.
Produksi
Pemasaran
Manajemen
Personalia
Keuangan &
Akuntansi
Jaminan halal bagi setiap masukan, proses & produk.
Jaminan halal bagi setiap tindak pemasaran.
Akad Kerja yang menjamin profesionalisme dan pertanggung-jawaban pada diri, majikan dan Allah SWT.
Jaminan halal bagi setiap masukan, proses & keluaran keuangan.
Mutu
Volume
Penjualan

Hubungan
tenaga kerja
Pengeluaran
modal
Jumlah
Pengeluaran penjualan

Pergantian
tenaga kerja
Sediaan
Biaya
Pengeluaran periklanan

Tingkat absensi
tenaga kerja
Arus modal
Prestasi Kerja
Individual
Prestasi kerja
wiraniaga individual
-
Likuiditas
(dimodifikasi dari Stoner, et.al., 1996)
Tabel 15.
Contoh Standar Fungsional Bagi Pengukuran Prestasi



(4)   








 Mengambil tindakan korektif.  Proses pengendalian tidak lengkap, jika tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi.  Jika standar ditetapkan untuk mencerminkan struktur organisasi dan apabila prestasi kerja diukur dalam standar ini, maka pembetulan terhadap penyimpangan yang negatif dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian manakah dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.

Anthony, et.al. (1989)  memperjelas pengertian  pengendalian strategi manajemen dengan membandingkannya dengan dua tipe pengendalian lainnya, yakni  pengendalian pada kelompok informal dalam organisasi dan  pengendalian yang berkaitan dengan tujuan intrinsik manajer secara pribadi melalui perbandingan dalam Peraga berikut.   Ketiga macam  pengendalian ini harus bekerja  dalam arah yang sama, sekalipun - seperti diakui oleh Anthony, et.al sendiri - hal ini pada prakteknya tidak pernah (sulit) terwujud.
Dalam perspektif syariah,  Islam sebagai nilai utama menjadi asal kendali yang pertama dan utama, baik bagi organisasi, kelompok maupun individu. Hal ini mengingat, penetapan Islam sebagai nilai utama merupakan kebijakan utama pimpinan organisasi untuk menjamin keberkahan organisasi bagi seluruh SDM-nya  yang dilakukan sebelum penetapan orientasi strategis berikut strategi-strategi derivasinya.  Ukuran prestasinya adalah ketaatan kepada syariat Islam. Artinya, semua aktivitas SDM organisasi harus dijalankan dalam koridor kataatan terhadap hukum-hukum Islam. Sebaliknya, bila aktivitas SDM organisasi menyimpang dari aturan Islam, maka aktivitas tersebut dikategorikan sebagai kemaksiatan, pelanggaran terhadap syariat betapapun kecilnya.
Imbalan tertinggi bagi prestasi SDM organisasi jika melakukan ketaatan terhadap syariat Islam dalam konteks organisasi, kelompok maupun individu tiada lain adalah pahala yang dengannya akan membawa keberkahan. Sebaliknya, dosa yang dengannya akan membawa ketidakberkahan bagi SDM organisasi menjadi sanksi paling berat untuk tindakan wan prestasi, pelanggaran atas syariat Islam.
Sejalan dengan ulasan  sebelumnya,  implementasi ketaatan pada konteks organisasi tercermin dari semua kebijakan organisasi yang dibangun dari nilai utama organisasi, yakni Islam. Kebijakan organisasi yang menjaga setiap masukan, proses manajemen dan keluaran agar terhindar dari  tindak kezaliman,  bebas dari barang dan jasa yang haram, bebas dari tindak korupsi, penipuan, penyuapan, riba dan pemberian hadiah/komisi yang dilarang merupakan sejumlah contoh implementasi ketaatan. 



Pelaku
Kendali


Asal
Kendali
Aspek Pengendalian

Ukuran Prestasi
Isyarat bagi
Tindak Koreksi
Imbalan untuk Prestasi
Sanksi
untuk
Wan
prestasi

Formal organisasi

Islam sbg Nilai Utama
Organisasi

Strategic Plan Organisasi

Tanggapan atas persaingan

Ketaatan
pada Syariat

Anggaran

Biaya

Target
penjualan

Kemaksiatan

Deviasi


Pahala -
Keberkahan

Penghargaan manajemen

Insentif uang

Promosi

Dosa –
Ketidak-berkahan

Minta penjelasan

Denda

Skorsing/  PHK

Kelompok informal

Islam sbg Nilai Utama
Kelompok

Keterikatan bersama

Cita-cita kelompok


Ketaatan
pada Syariat

Norma kelompok

Kemaksiatan

Deviasi

Pahala -
Keberkahan

Pengakuan rekan

Keanggotaan

Kepemim-pinan


Dosa –
Ketidakber-kahan

Ejekan

Pengasingan

Permusuhan

Pribadi Manajer

Islam sbg Nilai Utama
Pribadi

Tujuan dan aspirasi pribadi

Ketaatan
pada Syariat

Harapan pribadi

Target antara

Kemaksiatan

Dugaan akan kegagalan di masa depan

Target tak tercapai


Pahala -
Keberkahan

Kepuasan karena “terkendali”

Kegembiraan

Dosa –
Ketidakber-kahan

Merasa gagal

(dimodifikasi dari Anthony, et.al., 1989)

Tabel 16. Pengendalian Dalam Organisasi

Begitu juga dengan kebijakan  perusahaan untuk mengedepankan profesionalisme kerja, yakni agar setiap SDM memiliki ciri (1) kafa’ah, (2) himmatul amal  (himmah) dan (3) amanah. Karena, selain memerintahkan bekerja, Islam juga menuntunkan setiap muslim agar dalam bekerja di bidang apapun haruslah bersikap profesional.  Kafa`ah adalah cakap atau   ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan; himmatul ‘amal adalah memiliki semangat atau etos kerja yang tinggi; sedangkan  amanah adalah bertanggungjawab dan terpercaya  dalam menjalankan setiap tugas atau kewajibannya.
Untuk mewujudkan profesionalisme,  manajemen perusahaan akan berjalan sebagaimana Islam  memberikan tuntunan yang sangat jelas. Mengingat kafa’ah  diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman, maka pengembangan SDM melalui ketiga cara tersebut  tentu akan mendapat prioritas tersendiri. Mengingat himmatu al-‘amal  diraih dengan jalan menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama dalam bekerja di samping motivasi ingin mendapatkan penghargaan (reward) dan menghindari hukuman (punishment), maka manajemen perusahaan tentu akan berupaya membangun budaya organisasi yang dapat mendorong dan memelihara motivasi ibadah.  Juga mengingat  amanah  diperoleh dengan menjadikan tauhid sebagai unsur pengontrol utama tingkah laku, maka manajemen perusahaan akan berupaya menerapkan clean business.

Pada intinya implementasi syariah diwujudkan melalui tiga pilar pengendalian di bawah ini.
*   Ketaqwaan individu. Seluruh personel SDM perusahaan dipastikan dan dibina agar menjadi SDM yang bertaqwa.
*   Kontrol anggota. Dengan suasana organisasi yang  mencerminkan formula TEAM, maka  proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawalan dari para SDM-nya agar sesuai dengan arah yang telah ditetapkan. Saling mengingatkan, saling menjaga di antara SDM.
*   Penerapan (supremasi) aturan. Organisasi  ditegakkan dengan aturan main yang jelas dan transparan serta – tentu saja – tidak bertentangan dengan syariah.

 


B.          PRASYARAT PENGAWASAN


1.    Pengawasan Membutuhkan Perencanaan
Jelaslah kiranya, bahwa sebelum teknik pengawasan dapat dipergunakan atau disusun sistemnya, pengawasan harus didasarkan kepada perencanaan.




 







(Sumber : Anthony, et.al., 1989)
Gambar 44.
Hubungan Perencanaan Strategis dengan Pengendalian Manajemen

           Perencanaan yang lebih jelas, lebih lengkap, dan lebih terpadu akan meningkatkan efektivitas pengawasan. Secara sederhana dapatlah dikatakan: Tidak ada kemungkinan bagi manajer untuk memastikan, bahwa unit organisasinya sedang melaksanakan apa yang diinginkan dan diharapkan, kecuali apabila ia mengetahui lebih dulu apa yang diharapkan.  Hubungannya yang penting dengan perencanaan strategis organisasi dapat dilihat pada peraga hubungan keduanya  yang diberikan Anthony, et.al. (1989).

2.         Pengawasan Membutuhkan Struktur Organisasi yang Jelas
Pengawasan  bertujuan  untuk  mengukur aktivitas dan mengambil tindakan guna menjamin bahwa rencana sedang dilaksanakan. Untuk itu harus diketahui orang yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan rencana dan yang harus mengambil tindakan untuk membetulkannya. Pengawasan aktivitas dilaksanakan melalui orang-orang, akan tetapi tidak dapat diketahui siapakah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan dan tindakan koreksi yang perlu diambil, kecuali apabila tanggung jawab dalam organisasi dinyatakan dengan jelas dan terinci. Oleh karena itu prasyarat yang penting dalam efektivitas pengawasan ialah struktur organisasi yang jelas,  lengkap  dan menyatu.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
·         pengendalian strategi terdiri atas langkah-langkah untuk (1)  menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi kerja (kinerja);  (2) membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; (3) menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan (4) mengambil tindakan perbaikan.
Implementasi syariah diwujudkan melalui tiga pilar pengendalian: ketaqwaan individu, kontrol anggota, dan penerapan aturan.
·         Prasyarat yang dibutuhkan dalam pengawasan yaitu: Pengawasan Membutuhkan Perencanaan dan Pengawasan Membutuhkan Struktur Organisasi yang Jelas.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

subjek pendidikan

SUBJEK PENDIDIKAN (Berdasar Penafsiran Ayat- Ayat Al-Quran Surat Ar-Rahman:1-4, Surat An- Najm:5-6, Surat An- Nahl:33-34, dan Su...